HIMATUL ISTIQOMAH, S.S

Alumni Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016. Editor di Penerbit Pustaka Abadi Jember dan Misyka...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biografi


Alumni Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016. Editor di Penerbit Pustaka Abadi Jember dan Misykat Indonesia Malang.

Orangtuanya bernama Nurrochim Bin Safuwan dan Khalifah Binti Abdul Ghafur. Dia dinamai Himatul Istiqomah dengan harapan dapat memiliki cita-cita yang lurus, konsisten. Dia dilahirkan di bumi Banyuwangi, tanggal 8 Ramadhan 1414 H yang bertepatan dengan 19 Februari 1994 M.

Himma pernah duduk di bangku TK Khadijah 114 (1998-2000), MI Miftahul Ulum (2000-2006), MTs Al-Amiriyyah Darussalam (2006-2009), Madrasah Diniyah Baiturrahman dan Al-Khadijah (2000-2009), yang semuanya berada di dusunnya, Sumberkembang Timur – Karangmulyo - Tegalsari, kemudian di Pondok Pesantren Huffadz Darusysyafa’ah (2009-2011) dan MAN Pesanggaran (2009-2012) di Kesilir - Siliragung. Berikutnya, Himma mulai memberanikan diri menuntut ilmu di luar kota kelahirannya, di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (2012-2016) dan Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang (LTPLM) “Sunan Giri” (2013-2016).

Sambil menyelam minum air. Sepertinya pepatah ini tepat untuk mewakili sosok Himma. Selain sebagai pelajar, dia sekaligus belajar menjadi guru sejak dari MI, bahkan sampai di UIN. Selama masa kuliah, dia sempat menjadi; pengampu bahasa Inggris di MI-nya (liburan semester 2/2013); tentor Kimia SMA (2013) di SMAN 9 Malang di bawah Lembaga Bimbel Bintang Malang Raya; pengampu mata pelajaran Sharf (2014), Imla’ dan Aqidatul Awam (2014-2016), dan wali kelas kelas B2 puteri (2015-2016) di Madrasah Diniyah At-Tahdzibiyah LTPLM; tentor Fisika dan Matematika di SMK Asy-Syafa’ah Banyuwangi (liburan semester 4/2014); tentor bahasa Arab untuk pemula di Politeknik Negeri Malang (2014); tentor Kitabah Bahasa Arab di Perpustakaan Al-Manhal Malang (2016); pengajar kelas Ibda’ dan mata pelajaran Muhawarah Bahasa Arab (2016) di Yayasan Pesantren Al-Barokah Padang.

Di samping itu, Himma semasa kuliah pernah menjadi tim penulis antologi puisi Orgasme (2015); tim penulis antologi Sajak-Sajak Anak Negeri Religi (2015); tim kompetisi Tajwider dan kompetisi Halaqah Ilmiah (2013), tim kompetisi Shalawat Al-Banjari (2014), juara I kompetisi Recycle Art (2015), dan pengurus Departemen Penelitian dan Pengembangan (2015-2016), di LTPLM; pemakalah di International Social Science Conference (2015) di Universitas Mataram, Lombok; pemakalah di Seminar Nasional Bahasa Ibu IX (2016) di Universitas Udayana, Bali; tim muhaqqiq manuskrip Mi’raj (2015), finalis Penelitian Kompetitif Mahasiswa, dan narasumber bedah buku Novel Terjemahan Kupu-Kupu Biru (2016) di Fakultas Humaniora UIN Malang.

Selama sejenak perjalanan yang pernah dilewatinya di bumi ini, Himma banyak belajar dari pengalaman-pengalamannya, baik yang dialaminya secara langsung maupun dengan menyimak pengalaman orang-orang di sekelilingnya, dan dari monolognya saat menyaksikan keindahan karya Tuhan di hamparan semesta. Beberapa kekurangan dan kelemahan yang sempat membuatnya mengurung dan menutup diri, berkat nasehat sang dokter, dia pun mulai memberanikan diri melangkah keluar dari tempurung. Dia belajar menghadapi kenyataan dan berusaha untuk terus bertahan melewati batasannya dengan berbagai alasan yang diajukan, sebagai bentuk negosiasi dengan Tuhan. Alhasil, asanya masih senantiasa berjalan di atas rel-rel kesetiaan cita-cita dan impiannya.

Segalanya membutuhkan proses. Tidak ada yang instan dalam segala hal. Bahkan, Tuhan pun mengajarkan bagaimana pentingnya sebuah proses itu. Dengan adikuasaNya, sejatinya Tuhan mampu membuat segala sesuatu dalam waktu sekejap meski dalam jumlah yang berlimpah. Namun, dalam praktisnya Tuhan menerapkan konsep Kun fa yakuun, jadilah, maka berlangsunglah proses keterjadiannya. Jika Tuhan yang Adikuasa saja mengajari kita untuk berproses, lantas kenapa kita hamba yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan lebih banyak menghendaki yang instan?

Berproseslah, sebenarnya saat berproses kita sedang beriringan dengan ketentuan dan rahmat Tuhan

Buatlah batasan-batasan semu atas tindakanmu sebagai tolak ukur sejauh mana pergerakanmu, kemudian lampauilah batasan-batasan itu

Jika menginginkan menjadi muhammad (terpuji) di hadapan Tuhan dan ciptaanNya, marilah kita bersama memuhammadkan diri dan pribadi kita dengan meneladani Muhammad SAW

Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi

Ananda Himatul Istiqomah, S.S. – Histisha Nr.

search

New Post